Senin, 30 Mei 2011

cahaya illahi dalam utusan-Nya

Setiap organisasi, instansi, bahkan Negara sekalipun membutuhkan     seorang pemimpin. Idealnya, pemimpin harus mampu menjadi teladan yang baik, adil, serta bisa bertanggung jawab. Nabi SAW bersabda:
كلّكم راع وكلّكم مسؤل عن رعيّته
 “Kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya atau rakyatnya” (HR Bukhari 844).
            Seorang psycoanalis dari Chicago University Prof. Julles Masserman mengatakan bahwa, seorang pemimpin harus mempunyai 3 fungsi:
1)      Menyediakan kesejahteraan bagi orang-orang yang dipimpinnya
2)      Menyediakan organisasi sosial di mana orang-orang akan merasa aman di dalamnya
3)      Menyediakan suatu kepercayaan bagi pengikutnya

Ia menambahkan bahwa pemimpin terbesar sepanjang sejarah adalah Nabi Muhammad SAW, karena beliau satu-satunya pemimpin yang mampu mengkombinasikan 3 fungsi tersebut pada masa kepemimpinan beliau.
            Tak heran jika Nabi Muhammad SAW menempati peringkat pertama dalam buku “100 tokoh paling berpengaruh di dunia” yang ditulis seorang non muslim bernama Michael. H. Hart. Menurutnya, sepanjang sejarah hanya beliau satu-satunya orang yang berpengaruh baik dalam keagamaan dan keduniaan.
            Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi dan situasi di Timur Tengah (Yaman, Mesir, Libya, dan sebagainya) yang tengah mempermasalahkan para pimpinan negaranya. Negara-negara pusat peradaban Islam tersebut seolah kehilangan figur pemimpin ideal, padahal kita mempunyai seorang Nabi yang merupakan pemimpin terbaik sepanjang sejarah dan merupakan teladan bagi para pemimpin. Allah SWT berfirman:
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة
“Sungguh dalam diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik...(Al-Ahzab: 21).
            Rasulullah adalah sosok pemimpin yang adil, toleran, luwes, tegas, dan berwibawa baik di hadapan keluarga, rakyat, maupun ummatnya.
Terhadap isteri dan putera-puterinya, beliau senantiasa berlaku adil dan penuh kasih sayang. Rasulullah bersabda:
فاطمة بضعة مني فمن أغضبها أغضبني
 “Fatimah adalah bagian dariku, barang siapa yang membuatnya marah, maka dia juga membuatku marah” (HR Bukhari 3483).
Walaupun demikian, beliau tetap tegas dan tidak menganak-emaskan keluarganya dalam permasalahan hukum, sebagaimana tercermin dalam sebuah hadits:
والله لو أن فاطمة سرقت لقطعت يدها
“ Demi Allah, Andai Fatimah (puteriku) mencuri, pasti aku akan memotong tangannya”.
Sebagai pemimpin agama, beliau sangat toleran terhadap musuh-musuhnya. Konon, ketika Rasulullah berdakwah di Thaif, beliau dihina, dicerca, bahkan dilempari batu dan kotoran oleh penduduk Thaif. Meskipun diperlakukan seperti itu, Rasulullah tidak mau membalas mereka dengan kekerasan pula. Padahal Malaikat sudah siap siaga untuk melemparkan dua gunung kepada mereka. Namun Rasulullah SAW tidak menginginkan hal itu, beliau bersabda:
بل أرجو أن يخرج الله من أصلابهم من يعبد الله وحده
“… Aku berharap agar Allah melahirkan dari mereka (penduduk Thaif) generasi yang menyembah Allah semata”.Dalam riwayat yang lain diceritakan bahwa suatu hari salah satu dari pemimpin  kaum kafir tertangkap dan diserahkan kepada Rasulullah SAW. Kemudian  Rasulullah memerintahkan untuk mengikatnya di tiang masjid. Pada hari pertama Rasul menghampirinya dan bertanya, “Bagaimana keadaaanmu?”, dia menjawab, ”lepaskan aku, kau akan mendapat harta yang banyak”. Rasul meninggalkannya, keesokan harinya Rasul menghampirinya dan menanyakan hal yang sama, ”bagaimana keadaanmu?”, dia menjawab, “aku ini adalah seorang pemimpin, kau akan mendapat harta dan disegani kaumku jika membebaskanku”, mendengar jawaban itu para sahabat marah dan hendak membunuhnya, namun dilarang oleh Rasul. Pada hari ke-3 Rasul juga menghampiri dan bertanya, “bagaimana keadaanmu?”, tahanan itu menjawab dengan jawaban yang sama. Para sahabat sangat geram dan ingin memenggal kepala tahanan tersebut. Namun, kembali dilarang oleh Rasul bahkan tahanan tersebut dibebaskan. Setelah bebas, tahanan tersebut lari. Sesaat setelahnya tahanan tersebut datang dengan badan yang basah kuyup seraya mengucap Syahadat dihadapan Nabi. Kemudian Nabi bertanya, “mengapa baru sekarang kau masuk Islam?”, tahanan tersebut menjawab, “jika aku masuk islam dalam keadaan ditawan, aku takut niatku bukan karena Allah semata melainkan karena ingin dibebaskan”.   Subhanallah! Itulah kemuliaan akhlak kepemimpinan Rasul dalam  memperlakukan tahanan sehingga membuat seorang pemimpin kafir masuk Islam.

            Mudah-mudahan akhlak kepemimpinannya bisa diimplementasikan oleh ummatnya dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai kepala keluarga, tokoh agama, kepala daerah, maupun kepala Negara.





Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons